Ciptakan
Suasana Interior Resto ala Kampus
·
Omset Mencapai Rp
80 Juta dengan Laba Bersih 50%
Sudah lama Tata Sugiarta bermimpi untuk membangun sebuah usaha, dan
dari semua jenis usaha ia merasa tertarik untuk mengembangkan bisnis di bidang
kuliner. “Menurut saya, perkembangan bisnis kuliner saat ini sangat pesat.
Inilah yang membuat saya tertarik,” jelas pria yang akrab disapa Tata ini.
Untuk melewati persaingan yang ketat, ia pun merancang sebuah konsep tempat
makan yang berbeda dari tempata makan lain sehingga mampu menarik perhatian
pengunjung.
Tahun 2007 Tata membangun sebuah tempat makan dengan konsep suasana
kampus. Yang cukup unik adalah pemberian nama menu utamanya, yakni Ayam Kampus yang merupakan sajian menu Ayam Tulang Lunak. “Sebenarnya tahun
2006 saya sudah menjual Ayam Tulang Lunak
dengan menggunakan gerobak. Tapi karena konsep yang saya pakai untuk tempat
makan ini adalah konsep kampus, menunya saya ubah menjadi Ayam Kampus,” jelasnya.
Untuk memulai usahanya, Tata menggelontorkan modal pertama sekitar
Rp 22 juta. Dari modal tersebut ia gunakan untuk sewa tempat di kawasan Dago,
Bandung Rp 10 juta, membeli gerobak etalase Rp 650 ribu, freezer Rp 1,9 juta, alat masak (kompor, gas, frying) Rp 350 ribu, meja
Rp 1 juta, kursi Rp 2 juta, neon box Rp
500 ribu, kebutuhan untuk desain ruangan Rp 1 juta, renovasi bangunan Rp 3 juta
dan sisanya untuk biaya operasional dan perlengkapan penyajian dan bahan
makanan.
Karena keahliannya dalam mendesain ruangan, lulusan desain
komunikasi visual Unikom Bandung ini tidak menggunakan jasa desain interior restonya
menjadi tempat makan yang enak buat kongkow
anak muda.
Melihat grafik perkembangan usahanya cukup bagus, pada tahun 2010
Tata membuka cabang pertamanya di kota Cirebon, Jawa Barat dan di awal 2012 ia membuka
cabang keduanya di Jakarta. Berkat usaha kerasnya Tata mampu menuai hasil yang
cukup bagus. Dari ketiga tempat tersebut, ia mampu meraup omset hingga Rp 80
juta setiap bulan, dengan keuntungan bersih 50 % atau sekitar Rp 40 juta.
Konsep ala Kampus. Menyasar target konsumen anak
muda, maka Tata memilih untuk mengusung tema suasana kampus pada restonya. Suasana
ruangan dibuat mirip dengan lingkungan kampus. Terlihat dari dinding-dinding
ruangan yang terpasang papan informasi, majalah dinding, whiteboard. Di bagian pintu masuk juga tertulis jam kuliah dari pukul
10 pagi sampai 10 malam. Demi mewujudkan konsep yang diusungnya, Tata juga
mewajibkan pelayannya untuk berpakaian rapi seperti layaknya dosen yang mau
mengajar.
Tak hanya suasana yang homey
dan nyaman dibuat nongkrong, Ayam
Kampus Resto juga banyak memakai istilah perkuliahan yang tidak asing bagi
mahasiswa. Misalnya dalam ragam menu, Tata membaginya menjadi Mata Kuliah Dasar
untuk menu makanan ringan, Mata Kuliah Dasar Khusus untuk menu makanan berat,
dan Mata Kuliah Semester Pendek untuk pemesanan minuman. “Selain itu, juga ada
tulisan SKS untuk jumlah orderan menu,” tambahnya. Tak hanya untuk menu
makanan, penyebutan istilah kampus juga diberikan kepada karyawan atau pelayan
dengan panggilan dosen, dapur berganti nama menjadi laboratorium, kasir disebut
sebagai tempat pembayaran SPP, dan Tata sebagai pemilik tempat makan bergelar rektor
kampus.
Menu yang ditawarkan Tata pun dinamai cukup unik yakni Ayam Kampus. Menu Ayam Kampus ini tersaji dengan berbagai varian, mulai dari Ayam Kampus Panggang Tulang Lunak, Ayam
Kampus Goreng Tulang Lunak, dan Ayam
Kampus Pecel. Semua menu dijual dengan harga Rp 10 ribu – Rp 12 ribu per
porsi sudah termasuk nasi dan lalap.
Selain menu satuan, juga dijual menu paket, yakni Menu Paket A terdiri
dari Nasi, Ayam Goreng Tulang Lunak, Tahu,
Tempe, Lalap, Sambal, dan Es Teh
seharga Rp 19 ribu. Menu Paket B dengan harga Rp 20 ribu berisi Nasi, Ayam Panggang Tulang Lunak, Tempe, Tahu, Lalap,
Sambal, dan Es Teh. Serta Menu Paket
C seharga Rp 18 ribu dengan Nasi, Ayam Pecel, Tahu, Tempe, Lalap, Sambal,
dan Es Teh.
Tata juga menjual menu lain seperti Mie Rawit yang memiliki 4 level kepedasan dengan nama yang aktrab
dengan dunia kampus, yakni Level Pedas Semester 1, Level Pedas Semester 3, Level
Pedas Semester 5, dan Level Pedas drop
out. Tak hanya itu, Mie Rawit
juga disajikan dengan beberapa varian, yakni Mie Rawit Biasa, Mie Rawit Telor Spesial, Mie Rawit Telor Spesial
Bakso, dan Mie Rawit Goreng Spesial
Telor Keju. Harganya pun cukup terjangkau, yakni antara Rp 8 ribu sampai Rp
11 ribu per porsi. Untuk menu minuman
disediakan berbagai jenis minuman seperti Soda
Gembira, Soda Susu, Es Sirup, Es Coklat, Es Susu, hingga Es Teh
dengan harga Rp 3 ribu – Rp 10 ribu.
Resep Keluarga. Untuk mendapatkan kenikmatan menu Ayam Kampus dengan tulang lunaknya, Tata menggunakan resep langsung
dari ibunya. “Sebenarnya ini resep dari Ibu, yang selalu membuat Ayam Tulang Lunak saat Lebaran atau ada
acara keluarga,” terangnya. Dalam membuat berbagai bumbu untuk menu makanan di restonya,
Tata selalu meraciknya sendiri takarannya. Hal inilah yang membuat citarasa menu
yang disajikan Ayam Kampus Resto tidak pernah berubah, meskipun sudah memiliki
tiga cabang usaha.
Untuk standardisasi semua menu Ayam
Kampus, setelah menakar semua bumbu dan bahan baku , Tata langsung memberikan kepada bagian
produksi untuk tahap pengolahan, mulai dari proses pemberian bumbu pada ayam,
proses presto, hingga menjadi daging ayam siap masak. “Agar daging ayam tidak
bau, saya taruh di dalam lemari pendingin. Biasanya saya membuat untuk satu
hari sekitar 45-55 ekor daging ayam untuk setiap outlet,” jelasnya.
Bahan Baku. Untuk membuat berbagai menu yang disajikan kepada pelanggan, Tata
selalu memperbaharui ketersediaan bahan baku
dalam 2–7 hari sekali. Biasanya, bahan foods
dairy, seperti daging ayam dan sayuran dibelinya setiap 2–3 hari sekali. Sedangkan untuk bumbu dapur, bumbu
rempah, mie telor, kecap, hingga saus
dibelinya setiap 5–7 hari sekali. “Untuk
di Jakarta, daging, sayuran, dan bumbu-bumbu dapur, saya beli di Pasar Induk
Kramat Jati Jakarta Timur,” jelasnya. Kecap, saus tomat, saus sambal, dan bumbu
penyedap dengan merek AB dibeli lewat supplier
langganan, yakni PT. Sumber Pangan Sejahtera Roxymas Blok E1 No.24 Cideng
Gambir Jakarta Pusat.
Khusus untuk daging ayam, Tata hanya menggunakan daging ayam bagian
paha dan dada, dari ayam pejantan bagian kanan, karena diyakini memiliki cita rasa
gurih alami yang lebih pekat. Tata memang tidak menggunakan ayam kampung,
karena tekstur tulangnya yang besar dan keras, membuat proses pengolahannya memakan
waktu cukup lama meskipun menggunakan alat presto.
Peralatan. Demi kelancaran operasional usaha kulinernya,
Tata juga melengkapi Ayam Kampus Resto dengan berbagai peralatan memasak dan
peralatan makan seperti kompor high pressure & low pressure, gas, deep fryer,
penggorengan, hingga sendok, piring, garpu, gelas, dan mangkuk. Untuk semua
peralatan dan perlengkapan tersebut, ia membelinya di Pusat Perlengkapan Rumah
Tangga dan Restoran, jalan Perniagaan, Penjaringan, Jakarta Utara. Sedangkan
untuk furniture yang menghiasi
ruangan Ayam Kampus Resto seperti kursi, meja, lampu, rak buku, papan kayu,
sampai rangka poster, dibeli di toko furniture
kawasan Jakarta Pusat.
Tak hanya memperhatikan menu dan kelengkapan peralatan, Tata juga
selalu mengedepankan profesionalitas pelayanan dan loyalitas para karyawan.
Maka dari itu, ia tidak sembarangan dalam merekrut para pegawai. “Saya selalu
mencari karyawan yang memiliki skill
di bidang kuliner, baik itu memasak ataupun manajemen, selain itu saya juga
mencari karyawan yang memiliki kemampuan melayani pengunjung dengan baik,”
jelas Tata.
Saat ini Tata memiliki 12 karyawan yang disebar di tiga lokasi
usahanya. Karyawan-karyawan tersebut bertugas sebagai waiter, kasir, dan pengelola cabang. Untuk sistem penggajiannya,
dilakukan setiap sebulan sekali dengan kisaran Rp 700 ribu – Rp 900 ribu per
orang, dan untuk pengelola cabang digaji sebesar Rp 1,2 juta serta tambahan
intensif antara Rp 100 ribu – Rp 150 ribu per bulan.
Pemasaran. Untuk mengenalkan usaha kulinernya pertama kali ke khalayak, Tata
menggunakan brosur sebagai media promosi. Agar lebih menarik, dalam brosur
tersebut dimuat promo, yakni potongan diskon 10% untuk 10 pelanggan pertama
setiap hari yang berlangung sampai sekarang. ”Brosur-brosur itu saya sebar di
tempat keramaian atau tempat yang biasa digunakan anak muda untuk nongkrong. Kadang-kadang saya juga
titipkan ke mahasiswa-mahasiswa untuk disebar ke teman-temannya,” terang pria
asli Kuningan, Jawa Tengah.
Diakui Tata, selain brosur ia juga menggunakan berbagai cara promosi
untuk menarik perhatian masyarakat, pasalnya dengan cara tersebut ia banyak
mendapatkan pelanggan dari berbagai kalangan sehinga Ayam Kampus Resto semakin
ramai dikunjungi konsumen. Selain itu, ia selalu mengedepankan kualitas menu
dan pelayanan agar konsumen puas dan
merekomendasikannya ke kerabat mereka.
Kendala. Image negatif yang sudah melekat pada nama tempat makannya, yakni “Ayam Kampus” seringkali membuat Tata
mendapat teror SMS dari banyak orang, khususnya kaum laki-laki. “Saya sering
sekali mendapat SMS dengan kata-kata seronok, karena nomor telepon saya di-publish bebas di jejaring sosial.
Apalagi nama saya mirip nama cewek,” cerita pria yang pernah aktif di bisnis EO
ini. Untuk menghindari pemaknaan negatif tersebut, ia tak hanya menampilkan
teks dalam iklan ataupun brosurnya, tetapi juga gambar-gambar makanan dan minuman
yang ia jual.